Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bung Tomo Suamiku: Biar Rakyat yang Menilai Kepahlawananmu (Buku)


Pertemuan Pertama

Suatu pagi ada seorang pemuda menghampiriku. Matanya itu, aku takkan lupa. Ia mengenakan setelan dril ala Jepang, dengan peci hijau tua yang disemati emblem banteng merah putih. Kumisnya rapi seperti kumis Errol Flinn, bintang film Amerika terkenal pada masa itu. 

"Jeng, kita pindah markas. Kita mundur ke Jalan Mawar. Di sini tidak aman lagi. Dan keadaan bertambah gawat, Palang Merah juga harus pindah," ucapnya kalem. Matanya seperti menancap di mataku. Entah mengapa hatiku bergetar. Aku tidak kuasa menjawabnya. Hanya mengangguk. 

Ketika menjauh, aku pada seorang kawan siapa dia. "Kau tidak kenal dia?" kawan itu balik bertanya. Aku menggelengkan kepala. "Ya.. itu Bung Tomo," ucapnya. Baru itu aku tahu pemuda yang punya wajah ganteng dan mata cemerlang itu adalah Bung Tomo, yang suaranya menggema di radio setiap sore. Ketika dia tadi, suaranya lembut dan tidak berkobar-kobar. 

Markas kami di Jalan Tembok Dukuh memang tidak aman lagi, bahkan tidak jauh dari markas, Bung Tomo hampir saja ditembak dua mata-mata. Cerita ini kuperoleh dari kawan seperjuangannya yang menyaksikan kejadiannya. Waktu itu ada serangan dan Bung Tomo tiarap. Di depan dan di belakangnya ada dua pemuda yang di belakang akan menembak Bung Tomo. Untung ketahuan dan Bung Tomo selamat. 

Kami pindah ke Jalan Mawar. Di rumah yang lumayan besar itu sudah ada zender radio BPRI, tempat Bung Tomo menggelegarkan suaranya membangkitkan semangat juang merebut kernerdekaan. Siaran radio itu tertangkap juga di Australia dan Amerika. 

Di markas baru itu aku berkenalan dengan seorang wanita putih. Dia menyebut namanya Ktut Tantri. Dia yang menyiarkan berita-berita perjuangan ke seluruh dunia dalam bahasa Inggris. 

Pertempuran semakin menghebat. Mortir terus berjatuhan. Pasukan sekutu dengan tulang punggung pasukan Inggris yang sudah berpengalaman dalam perang Dunia ke Il, dan didukung di belakangnya oleh tentara Belanda, membabi buta menghantam Surabaya. 

Semakin banyak laskar yang jadi korban, luka, dan gugur berbaur dengan rakyat yang tidak berdosa. Darah tercecer di mana-mana .... 

bung-tomo-suamiku-biar-rakyat-yang-menilai-kepahlawananmu-buku


Posting Komentar untuk "Bung Tomo Suamiku: Biar Rakyat yang Menilai Kepahlawananmu (Buku)"